JEPANG | "Gempa?! Kami Baik-Baik Saja!"
Peringatan gempa 7.3 SR dan tsunami di Prefektur Fukushima Jepang telah mengaung. Banyak yang khawatir serta harap-harap cemas mengenai kondisi masyarakat disana. Tidak hanya itu. Banyak pula yang akhirnya berpikir dua kali untuk pergi ke Jepang, negeri seribu gempa.
Tapi tunggu dulu! Jepang punya Earthquake Early Warning System. Senjata ampuh 'tuk lebih menyayangi gempa. So, pikir-pikirlah lagi setelah membaca tulisan ini! Dan simpulkan sendiri:
"AKANKAH SAYA BENAR-BENAR BERANI PERGI KE JEPANG!?!?"
Tapi tunggu dulu! Jepang punya Earthquake Early Warning System. Senjata ampuh 'tuk lebih menyayangi gempa. So, pikir-pikirlah lagi setelah membaca tulisan ini! Dan simpulkan sendiri:
"AKANKAH SAYA BENAR-BENAR BERANI PERGI KE JEPANG!?!?"
Pengukuran seismograph pada saat gempa Jepang tempo lalu | Kekuatan gempa 6.9-7.3 SR |
First of all, aku menulis disini bukan sebagai penghuni negeri sakura (eh belum deng maksudnya). Tapi sebagai seorang yang terkagum akan Jepang. Kagum dalam artian ingin sekali berucap "niat banget sih lo ngurusin civilian, Pang", hingga "coba gw bisa tiru bagusnya lo di Indonesia".
Second of all, karena ini tulisan yang berasal dari penelitian kecil-kecilan, so jangan dijadiin sumber buat makalah atau kir atau bahkan penelitian kamu-kamu yang lebih ekspert ya. Gak sah nanti XD. Dulu, ku juga jadi kenal dengan istilah Earthquake Early Warning System ketika akan menghadapi tes wawancara masuk Kyodai. Untuk sekedar yang seperti itu, well, masih cukup mumpuni lah.
Mari kita masuk ke topik pembahasan utama. Maaf kalau rada membosankan. Tapi tolong dinikmati sahaja. In syaa Allah nambah ilmu XD.
Earthquake Early Warning
Logo untuk Earthquake Early Warning ala Japan | Cool! |
Atau biasa disingkat EEW dan ditulis 緊急地震速報 (sengaja di copas kanjinya biar keren) adalah usaha preventif pemerintah kepada bencana gempa (mitigasi gempa). Bagaimanakah caranya? Sebelumnya, kita bahas dulu tentang gempa.
Gempa sendiri terdiri oleh 2 gelombang yang dihasilkan sekaligus oleh episentrum (pusat gempa), namun terasa di permukaan dalam waktu yang berbeda. Yaitu P-wave atau primary wave dan S-wave atau secondary wave. P-wave merupakan gelombang logitudinal yang sifatnya mampu merubah kerapatan batuan dan merambat dengan cepat. Sedang S-wave merupakan gelombang transversal yang sifatnya mampu merubah bentuk batuan dan merambat dengan lebih lambat. Singkatnya, P-wave dan S-wave ibarat kilat dan guntur. Kilat (cahaya) selalu muncul sebelum guntur (suara) muncul kan? Kamu-kamu pasti tahu itu karena bedanya cepat rambat cahaya dan suara. Nah! Sama dengan P-wave yang muncul terlebih dulu sebelum S-wave.
Di permukaan bumi, pemerintah sudah banyak membangun kantor-kantor untuk meletakkan seismograph (alat pendeteksi gempa). Apa yang sebenarnya di rasakan seismograph sebelum dia berfatwa bahwa gempa akan terjadi adalah P-wave. Berselang tidak sampai 30 detik setelahnya, barulah S-wave terdeteksi pula oleh seismograph. Baiknya Allah SWT, P-wave yang datang tercepat tidak merusak apa-apa. Sebaliknya, S-wave yang datang terlambat lah yang justru membawa kerusakan. Keuntungan inilah yang menjadi inti dari EEW. Seketika saat P-wave terasa seismograph, pemerintah akan peringati masyarakat sekitar melalui siaran darurat TV, radio, ataupun perangkat lainnya bahwa gempa akan tiba!
JMA adalah BNPB -nya Jepang. Doi yang ngirimin alert ke masyarakat sekitar. |
"Gempa tlah tiba! Gempa tlah tiba! Hatiiiii~ku gembiraa~!" (cooling down sejenak sehabis berpusing pusing ria XD)
Anyway, EEW sudah diterapkan di banyak negara seperti Amrik, Taiwan, Mexiko, India, Jepang, dkk. Tapi khusus kali ini, ku hanya akan menceritakan EEW di Jepang.
"Loh kenapa pilih kasih gitu? Apa karena lo ada something sama Jepang ya?"
Hehe, may be yes, may be no. Tapi enggak gitu juga kok. Memang bukan Jepang satu-satunya yang punya EEW untuk sistem preventif gempa di dunia ini. Dan memang bukan Jepang pula yang mencanangkan EEW pertama kali. Kalau kita coba telusuri di wikipedia atau situs lainnya, kota California lah yang menjadi pelopor pertama citywide EEW, alias EEW berskala kota. Tapi, wikipedia mencatat (sorry kalau penelitian kecil-kecilan ini banyak ngambil dari wiki. Chill out! Kalau cek langsung ke website EEW Jepang, mayoritas persis sama kayak yang di wiki) bahwa hingga tahun tulisan ini di publish, baru Jepang lah yang menerapkan NATION-WIDE EEW, alias EEW berskala NASIONAL. Ya! Seantero Jepang terintegrasi sistem EEW ini!
...bahwa hingga tahun tulisan ini di publish, baru Jepang lah yang menerapkan NATION-WIDE EEW, alias EEW berskala NASIONAL. Ya! Seantero Jepang terintegrasi sistem EEW ini!
Earthquake Eary Warning System di Jepang
Seperti yang kita sudah ketahui, sama seperti Indonesia, Jepang juga terletak di Ring Of Fire. Itu berarti, Jepang terancam akan bencana gunung berapi pun juga gempa bumi (yang berujung tsunami). Ada pepatah bilang "laut yang tenang tidak akan menghasilkan awak yang ulung". Begitu juga Jepang, gempa bumi yang sering melandanya membuat Jepang kini ahli di bidang pencegahan kerusakan berlebih akibat gempa. How? Yaitu dengan membuat bangunan anti gempa (tuk selamatkan bangunan fisik), dan Earthquake Early Warning System (tuk selamatkan penduduk).Tadi sudah dikatakan bagaimana EEW bekerja. Lalu Jepang memodifikasi EEW tersebut dengan lebih efektif dan berdampak lebih luas (nation-wide). Hingga akhirnya dirumuskanlah dalam "sistem EEW". Menurutku di segi mitigasi gempa, sistem EEW Jepang merupakan yang terbaik karena memiliki banyak kelebihan. Secara garis besar, kelebihan sistem EEW Jepang adalah:
Media Sharing "Awas Gempa" yang Lebih Banyak
Peringatan akan hadirnya gempa umumnya disebarkan oleh pemerintah melalui media seperti TV, radio, dan HP. Melalui TV, pemerintah akan menyebarkan berita darurat + tulisan di tengah layar untuk segera berevakuasi. Jadi ketika asyik-asyik nonton lalu tiba-tiba muncul peringatan akan gempa, jangan malah kesel karena merasa keganggu _-_. Lalu, melalui radio pemerintah akan mengumumkan akan terjadinya gempa dan bunyi alarm. Sasaran peringatan melalui radio adalah pengendara kendaraan. Sehingga mereka dapat dengan segera berevakuasi dengan mematikan dan memberhentikan kendaraannya. Sedang melalui hp, akan muncul notifikasi akan terjadinya gempa.Warning yang muncul di TV |
Warning yang muncul di HP |
Di Jepang, tidak hanya melalui TV, radio, ataupun HP saja peringatan gempa disebarkan, tapi juga alarm. Ya alarm! Sorry kalau syoknya terkesan berlebihan. Bagaimana tidak, untuk mitigasi gempa ini, Jepang "sengaja" menciptakan alarm yang terkoneksi oleh seismograph dalam bentuk perkakas rumah tangga yang biasa kita lihat. Seperti telepon rumah beralarm gempa, jam beker beralarm gempa, ataupun sekedar alarm gempa. Semua rumah pastilah memiliki alat tersebut. Terlebih lagi, ringtone untuk alarmnya sendiri bahkan sangatlah khas karena memang unik. Mau tau seperti apa? Simak video di link ini:
Pencerdasan Warga tuk Dapat Berevakuasi
Dalam peraturan pemerintahnya, Jepang sudah menjadikan "simulasi gempa" sebagai keseharian masyarakatanya (walau ga dilakukan tiap hari juga sih _-_). Tujuannya tidak lain tidak bukan agar masyarakatnya lebih kenal dengan gempa. Loh?? Benar! "Tidak kenal maka tidak sayang". Jadikanlah gempa sebagai kawan, bukan lawan! Sebagai kawan aja gempa bisa merenggut nyawa, apalagi sebagai lawan XD. Dilansir melalui bocahbanbar.wordpress.com, inilah yang dilakukan Jepang untuk membuat masyarakat kenal lebih dalam dengan gempa:
Jadikanlah gempa sebagai kawan, bukan lawan! Sebagai kawan aja gempa bisa merenggut nyawa, apalagi sebagai lawan XD.
- Masyarakat Jepang rajin melakukan pelatihan bencana. Di dekat pintu, mereka mempersiapkan ransel yang berisi air botolan, makanan kering atau makanan kalengan, obat-obatan P3K, uang tunai, pakaian kering, radio, senter, dan beberapa baterai pengganti. Masyarakat bisa menambahkan suplemen, kacamata, obat-obatan khusus, atau makanan bayi dalam tas khusus mereka.
- Alat-alat penyelamatan gempa bahkan dijual di supermarket.
- Pelatihan menghadapi bencana dilakukan secara rutin, bahkan dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah-sekolah dasar.
- Pemerintah daerah atau pemerintah lokal dilatih secara khusus untuk mengumumkan terjadinya bencana dan melakukan evakuasi secara cepat. Mereka juga dilatih untuk mendistribusikan makanan dan selimut di tempat-tempat penampungan.
- Masyarakat Jepang tahu mereka harus melindungi kepala dengan meja yang kuat, agar tidak kejatuhan benda-benda keras. Lalu, di bawah lindungan meja, itu, dengan cepat mereka mematikan aliran gas, dan memastikan pintu tetap terbuka untuk mengurangi resiko terjebak di antara reruntuhan.
- Penduduk Jepang dianjurkan menyimpan sepatu di bawah tempat tidur dan sepeda di halaman. Sepatu untuk mengamankan kaki dari pecahan kaca. Sedangkan sepeda adalah alat transportasi yang paling tepat saat gempa.
- Masyarakat Jepang mengaktifkan peringatan gempa di telepon genggamnya. Anak-anak di sekolah memiliki pelindung kepala tahan api di mejanya masing-masing. Tak hanya itu, simulator gempa canggih juga digunakan untuk membiasakan anak-anak dengan getaran gempa. (Anyway, anak-anak kos juga dibagikan pelindung kepala ini oleh ibu kosnya XD)
- Jepang telah berupaya membuat film singkat di youtube dan menyebar pamflet agar masyarakatnya lebih mengerti tentang mitigasi gempa.
Pelindung kepalanya begitu. Tapi ada juga yang model helm proyek. |
Pamflet tentang mitigasi gempa Jepang halaman 1 |
Pamflet tentang mitigasi gempa halaman 2 | Kok yang gambar bukan komikusnya aja sih. |
Hebatnya lagi, semua itu diterapkan dengan disiplin di SEANTERO JEPANG. Seantero Jepang rutin bersimulasi gempa, seantero Jepang terdapat alat penyelamatan gempa di supermarketnya, pun juga seantero Jepang dibagikan pelindung kepala. Sekali dilakukannya simulasi, 800 ribuan orang berpartisipasi termasuk pejabat dan para menteri. Memang tidak sebanyak jumlah demonstran gerakan AKSI 4/11 di Jakarta, sih. Tapi alhasil, Jepang mampu bertahan dengan 40 korban saja di gempa 7.0-7.5 SR. Relatif kecil, pabila dibandingkan dengan Indonesia yang memakan 1100 korban di gempa 7.0-7.5 SR tempo lalu di Yogyakarta.
Di samping hal-hal diatas pun, Jepang sudah membangun banyak shelter untuk pengungsi dan pula membangun bangunan "mahal struktur" agar tidak rusak parah ketika gempa tiba.
Konklusi
Akhirnya, tiba dipenghujung tulisan. Setelah membaca semua tulisan diatas, ada baiknya daku juga merangkum kembali dalam kata yang singkat, agar kamu-kamu lebih mengerti. So, konklusinya adalah:"NIAT BANGET LO JEPANG!!"
Hehe, sekian dan terimakasih. Ku tutup dengan do'a (baca do'a dalam hati, semoga ilmunya bermanfaat dan kepake suatu saat nanti), dan juga video:
Salam Ganesha,
VIKI
Comments
Post a Comment