Review: Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq
My rating: 4 of 5 stars
Cukup sehari saja aku sudah bisa menuntaskan buku ini. Penulisnya adalah Pidi Baiq, yang namanya tertera di terowongan dekat alun-alun Kota Bandung.
Buku ini bagus sekali. Terutama karena buku ini bertemakan percintaan keseharian. Juga terdapat banyak dialog-dialog renyah ala si penulis.
Buku ini tediri dari 330 halaman dan 25 bab. Terdapat pengenalan tokoh di halaman awal. Padahal biasanya novel tidak mengandung pengenalan tokoh macam itu. Entah mau disebut novel atau graphic novel, tapi buku ini banyak mengandung gambar-gambar. Itu sangat membantuku untuk bisa membayangkan dengan jelas kejadian-kejadiannya.
Buku ini bercerita bagaimana Milea (tokoh utama, wanita) akhirnya dapat terpincut dan mencintai Dilan (tokoh utama, pria). Dilan diceritakan sebagai sosok yang unik: menyukai puisi, berbahasa baku, dan mengidolakan tokoh pemberani. Banyak aksi menarik perhatian Milea yang dilakukan Dilan. Tentu saja, aksi-aksi tersebut tidak biasa. Mengirim surat undangan masuk sekolah, mengirim tukang koran untuk menyampaikan coklat, memberi tts sebagai kado ulang tahun-dan ttsnya sudah diisi semua!?, mengirim tukang pijit dikala sakit, dan lain-lain.
Konflik pada buku ini ialah ketika Milea putus dari Beni (mantan pacar Milea), ketika Milea terpaksa diajak main oleh Kang Adi (pembimbing Milea yang suka sama Milea), dan pula ketika Milea menjadi manja agar Dilan tidak ikut kegiatan geng motornya.
Buku ini diakhiri dengan resminya Dilan dan Milea berpacaran, beserta ditandatanganinya surat diatas materai.
Buku ini menceritakan bagaimana aktifitas berpacaran yang bersih-walau aku menolak kegiatan macam itu-dengan cukup ringkas. Pidi Baiq (si penulis) mampu memposisikan dirinya sebagai Milea yang sedang menceritakan kisah-kisah masa lalunya.
Aku berhasil mengutip beberapa kutipan dari buku ini:
1. "tidak mencintai, tidak berarti membencinya." -Dilan, p.154
2. "Ya, orang beda-beda, ada yang kayak kamu. Ada yang kayak aku. Ada yang kayak mereka. Kamu ingin semua orang kayak kamu?" -Dilan, p.242
3. "Ah, cemburu itu hanya untuk orang yang enggak percaya diri." -Dilan, p.283
4 bintang yang bisa aku berikan untuk buku ini. 1 bintang yang aku kurangi itu karena buku ini mengakhiri kejadian dengan begitu singkat-paragraf pendek dan tidak sepanjang bagaimana buku ini mengawali kisahnya. Walau demikian, diksi yang digunakan cukup memperbaiki bagian tersebut.
Buku ini aku rekomendasikan untuk siapa saja, yang ingin tahu gilanya pujangga yang sedang dilanda asmara. Satu kata, "renyah!".
View all my reviews
Comments
Post a Comment