CURHAT | Grades Don't Matter!


"Only students could make mistakes"
"Grades don't matter. But knowledge does!"
- Khayyer (Prof. galaknya Coastal Eng)

Terhitung sejak hari ini, sudah 2 bulan 3 hari daku di Jepang. Semuanya udah kerasa; susahnya ibadah di Jepang, susahnya makan di Jepang, susahnya bangun pagi di Jepang, susahnya pelajaran Jepang, dan enaknya beasiswa dari Jepang.

Sempet beberapa saat kerasa homesick nya, atau juga kayak jadi sedih sebentar. Itu karena tiba-tiba diri ini merasa,
"ah, meningan pas di Indonesia deh"
"ah, disini temennya kurang sip"
"ah, kalau aja diajarin pake bahasa Indo, pasti gampang ngerti!"
"ah, kok daku kayak robot ya. Kampus, asrama-belajar, kampus, asrama-belajar"
"ah, kurang menikmati nih!"
dsb.

Belum lagi kalau-kalau ketika di kelas dapet damprat profesor lah, dapet ketawaan temen-temen lah, diremehin lah. Makin-makin deh. 

Ingin rasanya punya waktu untuk jalan-jalan. Atau mau banget rasanya jadi murid pinter disini. Kenapa? Mau jalan-jalan agar temen-temen di Indonesia nggak nganggep aku disini kesepian atau apalah. Biar juga orang tua gak nyesel lepas anaknya ke Jepang. Juga biar yakinin diri, kalau perjuanganku ke Jepang berakhir manis. 

Lalu, mau jadi murid pinter adalah untuk nunjukin ke dia yang selalu remehin daku di kelas,
"Hei Anda, si bocah Kanada! Jangan mentang-mentang situ Inggrisnya paling jago ya. Jadi bisa ga ngehormatin guru, jadi bisa nanya padahal ngetes, jadi bisa dapet impresi, jadi bisa ngeremehin orang. Hadeh _-_"
*karena ini bulan Ramadhan, cukuplah perbincangan tentang bocah Kanada sampai sini. Nanti abis lebaran kita lanjut lagi haha. 

Terkadang sempat aku mikir:
"Apakah Jepang ini merupakan anugrah, atau cobaan?"
"Selama ini daku do'a biar keterima di Jepang, dan tahun lalu Allah menunda itu, apakah itu berarti Dia bilang 'jangan ke Jepang, meningan di Indonesia ibadahnya bisa pol'?"
"dan lalu ketika aku maksain dengan nyoba lagi tes ke Jepang, Dia bilang 'yaudah deh, rasain sendiri, awas nyesel'?"

Tapi sesuai dengan hadits Rasul:
"Aku (Allah SWT) sesuai prasangka hamba pada-Ku."

Alangkah baiknya, aku tetep teguh pada kenyataan 'Allah Maha Tahu, Dia tahu yang terbaik bagi hamba-Nya'. So, aku di Jepang akan berusaha terus berasumsi Jepang adalah tempat terbaikku yang Allah pilihkan untuk saat ini.

###

Okey, kembali ke topik. Kenapa tiba-tiba daku ngomongin grades, atau IP? Lalu disambung dengan grades don't matter. Apakah itu artinya aku dapet nilai jelek lalu bilang demikian?

Tidak kok guys. Sekarang daku belum ngerasain UTS, dan sekalinya ada pengambilan nilai dari tugas atau apa, selalu bagus kok (kecuali untuk kalkulus yang nilainya aja ga mau ku liat _-_). 

Ada suatu kejadian, di kelas Introduction to Global Engineering. Disana, Prof. Khayyer nyuruh kita muridnya untuk ngejelasin secara ringkas apa yang sudah dipelajari hari itu. 
"What's take home message that u can get from today lecture?"

Temanku yang pertama disuruh menjelaskan dengan cukup baik menurut Prof. Khayyer. Giliranku, yang kedua disuruh, aku menjelaskan dengan cara begini:
"Ya, we could see from the slide one blabla. Also i think this presentation is one of the good example because we could get the meaning from just reading the second slide blablabla."

"I'm asking u to explain concisely today lecture, not reviewing my presentation", sergap prof. 

Setelah beberapa saat keheningan, diapun lanjutkan begini (dalam bahasa Indonesia),
"Gapapa kok kita salah. Yang terbaik adalah berani berbicara. Mumpung kalian masih mahasiswa. Kalau kalian banyak salah, banyak belajar. Karena salah adalah guru terbaik. Kalian akan mudah mengenal kesalahan kalian.
"Cuma murid doang yang boleh salah. Ketika sudah jadi seperti saya, sudah tidak boleh salah. Ketika S2 atau S3 nanti kalian akan merasa perlu menjaga sikap dsb. Karena sikap kalian dinilai, dan kalian tidak boleh salah. Kalau kalian salah, maka tidak mumpuni sebagai peneliti.
"Nanti di lapangan, pengetahuan kalian lebih menuntun untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Lulus dari sini, dapatkan ijazah Kyoto University, dengan IP yang tidak tercantum di ijazah, tapi dengan pengetahuan yang luas, kalian akan mudah mencari kerja!"

"Cause, grades don't matter. But knowledge does!"

Grades don't matter, but knowledge does!  - Khayyer

Setelah dapet motivasi macem itu, aku sadar bahwa di Jepang ini jangan fokus pada murid bernilai paling tinggi. Rugi waktu. Ketika dapet nilai tinggi sekalipun, tidak akan ada orang lain yang tau. Kalau di Jepang hanya profesor, diri sendiri, dan Allah yang tau nilai dan IP kita.  Lagipula selama aku bisa nyelesein kuliah ini dalam 4 tahun, uang pendidikan dan uang jajan ga jadi soal. Bakal selalu gratis plus jyuni mang yen perbulannya.

Sehingga dengan demikian kekhawatiranku berkurang, aku lebih punya banyak waktu ibadah, lebih banyak waktu main bareng temen (alasannya sih cari koneksi), dan lebih banyak waktu untuk baca paper review (karena goal nya sekarang jadi mencari knowloedge).

No stress; simple and happy life; welcome graduation, welcome great job; be an useful person for the country, the world, and Islam; seize as many as possible benefit from my life in Japan; have a lot of friends; happy; pious; Thx ALLAH SWT.

Thus, selamat datang kehidupan menyenangkan di Jepang!!

Comments

  1. semangat, vik! :)
    btw udah ga ramadhan, mana lanjutan kisah orang kanadanya? haha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

FYI | Ini Hafalanku, Mana Hafalanmu??!

FYI | Arti namaku!

OMG! | Gara-gara PES 2016